Skip to main content

Unsur-Unsur Pembangun Cerpen

Karya sastra jenis prosa, termasuk juga cerpen, dibangun berdasarkan dua unsur. Unsur tersebut adalah unsur intrisik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrisik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar karya sastra tersebut.

1. Unsur Intrinsik

Pada umumnya unsur intrisik cerpen terdiri dari tujuh unsur yaitu tema, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tokoh dan penokohan, serta amanat.

a. Tema

Tema adalah suatu pokok masalah yang mendasari sebuah cerita (gagasan poko dasar cerita). Untuk menentukan tema sebuah cerita, Kalian harus membaca secara keseluruhan kemudian menyimpulkan tema cerita karena tema tidak langsung tertulis dalam sebuah cerita (tersirat).

Jadi, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis (berhubungan dengan makna) dan bersifat abstrak (tidak berwujud) yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit (tersirat).

b. Alur

Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada dua jenis alur yaitu: berdasarkan tahapan-tahapan cerita dan berdasarkan urutan waktu. Berikut ini alur berdasarkan tahapn-tahapan cerita.

1) Tahap perkenalan

Pada tahap ini, pembaca dikenalkan pada tokoh, penokohan, hingga latar sebuah cerita.

2) Tahap penanjakan (konflik)

Setelah itu, pembaca akan dihadapkan pada bagian cerita yang menampilkan masalah utama dari kisah. Masalah bisa menyangkut persoalan dalam diri sang tokoh, perselisihan dengan tokoh lain, sampai antara satu tokoh dan lingkungannya. Untuk cerpen, biasanya hanya ada satu konflik yang membangun kisahnya.

3) Tahap klimaks

Ketika masalah sudah mencapai puncaknya, itulah yang dikenal dengan istilah klimaks. Di tahap ini pembaca bisa mendapatkan puncak ketegangan dari persoalan yang diusung pengarang.

4) Anti klimaks

Setelah mencapai puncak, persoalan akan menemui titik balik yang cenderung menurun. Tingkat ketegangan berkurang karena masalah sedang menuju pada tahap akhir.

5) Tahap penyelesaian

Tahap akhir yang dimaksud adalah penyelesaian. Pada bagian ini, semua masalah diuraikan dan didapati solusinya. Namun, ada juga cerpen yang membuat penyelesaiannya secara terbuka sehingga bagian solusi tidak diceritakan.

Kelima bagian alur di atas tidak mesti terjadi secara berurutan. Apalagi pada cerpen-cerpen modern, kamu bisa saja menjumpai kisah yang dimulai dari klimaks dan berujung pada klimaks juga.

Selanjutnya, alur berdasarkan urutan diantaranya sebagai berikut.

1) Alur maju (alur kronologis/alur progresif)

Cerita yang bergerak urut atau runtut  dimulai dari tahap awal (tahap perkenala, tahap penanjakan, tahap klimaks) hingga akhir (tahap penyelesaian).

2) Alur mundur (alur sorot balik/alur rehersif/alur flash back)

Cerita yang ditampilkan dimulai dari akhir (masa depan) atau dari tengah kemudian beralih ketahap awal.

3) Alur campuran (alur kilas balik)

Alur yang isi ceritanya perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

c. Latar

Latar mengacu pada suasana, waktu, dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan memberikan kesan konkret pada suatu cerita pendek. Ada tiga jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar waktu, tempat, dan suasana.

1) Latar Tempat

Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, seperti kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya. Latar tempat pada cerpen Robohnya Surau Kami berikut.

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolan ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Berdasarkan kutipan cerpen Robohnya Surau Kami di atas, terlihat beberapa latar tempat dari cerpen tersebut seperti: pasar, jalan sempit, surau tua, dan kolam ikan.

2) Latar Waktu

Latar jenis ini, yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat. Berikut ini latar waktu yang terdapat pada cerpen Robohnya Surau Kami.

“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang ….”

Berdarkan kutipan di atas, terlihat bahwa pada cerpen Robohnya Surau Kami adalah suatu waktu.

3) Latar Suasana

Latar suasana merupakan salah satu macam-macam latar cerita yang menunjukkan bagaimana kondisi batin tokoh atau pelaku di dalam cerita. Di latar suasana ini biasanya juga memuat bagaimana situasi dan kondisi lingkungan tokoh tersebut berada.

d. Sudut pandang

Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Staton digolongkan sebagai sarana cerita, literary device (Nurgiantoro, 209: 336). Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa ddalam cerita.

1) Hakikat Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abraham, 1999: 231). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita (Nurgiantoro, 2019: 338).

2) Macam Sudut Pandang

Sudut pandang dapat banyak macamnya tergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberpa rinci ia dibedakan.

a) Sudut pandang orang ketiga/dia

Pengisahan cerita yang menggunakan sudut pandang orang ketiga, narator (orang yang bercerita) adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama. Sudut pandang orang ketiga dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

(1) Mahatahu/serba tahu

Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu/serba tahu. Ia mengetahui semua hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatar belakanginya.

(2) Terbatas

Sudut pandang satu ini membuat seorang penulis atau pencerita akan masuk dalam "pikiran&perasaan" tokoh sampingan.

(3) Pengamat

Narator memosisikan diri menceritakan seseorang sebatas pengamatannya, atau tangkapan indranya. Ia tentu tidak tahu bagaimana perasaan dan apa yang melatar belakangi sebuah kejadian.

b) Sudut pandang orang kedua

Sudut pandang orang kedua, narator mengoranglainkan diri sendiri menjadi ‘kau’. 

c) Sudut pandang orang pertama/aku

Narator merupakan seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Sudut pandang orang pertama terbagi menjadi dua yaitu:

(1) Pelaku utama/tokoh utama

(2) Tokoh sampingan/tokoh tambahan

e. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi (pemilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya bahasa merupakan seni pengungkapan seseorang pengarang terhadap karyanya.

f. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan adalah dua hal yang berbeda dalam pnulisan cerpen. Tokoh merupakan pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan penokohan adalah ppenentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita.

Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis yang merupakan pengejawantahan (penjelmaan) norma-norma, niliai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan ppembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang protagonis.

g. Amanat

Amanat (moral value) adalah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Di dalam sebuah cerpen, moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan bergantung pada pemahaman pembaca akan cerita tersebut.

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada di luar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini memengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Berikut merupakan jenis-jenis unsur ekstrinsik yang ada dalam sebuah cepen.

a. Latar Belakan Masyarakat

Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita.

b. Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahan pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuatnya. Latar belakang pengarang dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Riwayat hidup Pengarang

2) Kondisi psikologis

3) Aliran sastra pengarang

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.