Skip to main content

Belajar Menulis Berbasis Kuantum

A. Pengertian

Belajar kuantum atau belajar dipercepat diambil dari istilah quantum learning (DePrter dan Hernacki, 2003), accelerated learning (Rose dan Nicholl, 3003) dan how to learn anything quickly (Linksman, 2004). Belajar kuantum juga sangat berkaitan dengan quantum teaching (DePrter, Reardon, dan Nouire, 2002). Istilah lain yang erat dengan belajar kuantum adalah suggestology atau sugestopedia (Lozanov dalam DePorter dan Hernacki, 2003). Rose dan Nicholl (2003: 125) menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi secara cepat dapat melalui gaya visual, auditori, dan kinestetik. Linksman (2004: xii) mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kecepatan belajar dengan gaya belajar yang berbeda, seperti visual, auditori, taktile, dan kinestetik. Gaya belajar visual mengandalkan penglihatan yang ditangkap mata. Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran dan pembicaraan. Gaya belajar taktile mengandalkan penyentuhan pada objek secara fisik maupun emosi, dan penciuman. Gaya belajar kinestetik mengandalkan kekuatan motorik atau gerak. DePorter dan Hernacki (2003: 12) menjelaskan bahwa quantum learning pada hakikatnya adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat serta sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar. Profil ini sangat cocok diterapkan dalam belajar menulis karena belajar menulis sangat sulit dibandingkan dengan berbahasa lainnya. DePorter, Reardon, dan Nouire (2006: 6-9) menjelaskan bahwa belajar kuantum adalah proses belajar dengan cara menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar yang mudah dan alamiah dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif mahasiswa dan dosen.

Belajar menulis dengan belajar kuantum tidak dapat dipisahkan dengan ketrampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Ketrampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar. Seperti yang dikatakan Stickland (dalam Burns dkk., 1996: 42) bahwa anak muda mulai membaca dan menulis dalam awal hidupnya tanpa pengajaran formal. Bahkan sebelum dapat menulis, anak telah memahami cerita dan dapat bercerita kepada orang lain.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa belajar kuantum adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu untuk mempercepat dan mengoptimalkan hasil belajar mahasiswa dengan cara membangkitkan semangat belajar peserta didik melalui berbagai ketrampilan berbahasa seperti menyimak, membaca, berbicara, dan menulis, menggunakan media yang tepat, dan memberikan keleluasaan peserta didik menggunakan gaya belajar, serta melakukan kegiatan menulis secara berulang-ulang sebagai proses belajar yang menyenangkan.

B. Dasar Belajar Kuantum

Dasar pengembangan belajar menulis dengan pendekatan belajar kuantum adalah adanya keyakinan bahwa kehidupan ini merupakan bentuk interaksi berbagai indera yang menyatukan unsur-unsur pelaku cerita, emosi, atau karakter, adanya peristiwa, permasalahan yang dihadapi, dan situasi yang terjadi. Aktivitas itu saling berhubungan untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

C. Tujuan Belajar Kuantum

Tujuan utama belajar menulis dengan pendekatan kuantum adalah membantu peserta didik mempercepat dan mengoptimalkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan indikator-indikator pencapaian menulis. Untuk mencapai tujuan tersebut, tugas pendidik secara umum adalah mensugesti, mengaktifkan, memfasilitasi, menggerakkan, menyalurkan, mengarahkan, mengevaluasi sikap dan perilaku individu belajar peserta didik sambil terus-menerus memotivasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mewujudkan sistem belajar menulis secara cepat dan tepat yang dikemas dalam belajar menulis.

D. Manfaat Belajar Kuantum

Belajar kuantum sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam mengembangkan iptek dan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan modern, mewujudkan perilaku belajar yang demokratis, menyenangkan, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar secara berulang-ulang, sehingga memperoleh hasil belajar yang sempurna.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.