Aplikasi Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah
Pembelajaran adalah suatu proses membangun, memperkuat, mencerdaskan dan mentransfer kecerdasan. Pada hakikatnya seorang pendidik adalah seorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun konatif (Riyanto, 2002). Seorang pendidik hendaknya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri. Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri.
Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik. Kurikulum, administrasi, kegiatan ekstra maupun kokurikuler harus dirumuskan dan dilaksanakan untuk kepentingan peserta didik. Pendidikan yang hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara sempit harus dikembalikan pada kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Seperti kemampuan bernalar, berpikir aktif-positif, kreatif.
Penerapan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk dalam menulis karya ilmiah dapat ditempuh dengan: (1) memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada kemampuan menulis kerja ilmiah; (2) mengoptimalkan pencapaian kemampuan menulis karya ilmiah berdasarkan kecerdasan yang dimiliki pada masing-masing peserta didik; dan (3) mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.
Pemberdayaan semua jenis kecerdasan pada setiap pembelajaran adalah menginput informasi melalui sembilan jalur kedalam otak memori peserta didik. Secara empiris untuk menerapkan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk dapat dilakukan dengan: (1) merumuskan kompetensi dasar dan indikator dengan basis kecerdasan majemuk, baik dalam silabus dan RPP; (2) menetapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang variatif sesuai dengan semua atau beberapa kecerdasan; (3) menetapkan kegiatan/aktivitas pembelajaran yang merangsang kecerdasan majemuk; dan (4) menetapkan jenis atau bentuk test dan rumusan butir soal berbasis kecerdasan majemuk.
Strategi pembelajaran menggunakan teori kecerdasan majemuk diaplikasikan sebagai berikut: (1) Linguistik-Verbal; (2) Matematis-Logis: (3) Visual-Spasial; (4) Kinestetik; (5) Irama-Musik; (6) Interpersonal; (7) Intrapersonal; (8) Naturalis; dan (9) Eksistensional.
Kecerdasan verbal-linguistik dapat digunakan pada saat peserta didik ditugasi untuk bercerita, menuliskan kembali apa yang dipelajari, dengan inspirasi, membuat jurnal dengan menerbitkan majalah dinding. Melalui strategi ini juga bisa dilakukan pembelajaran menuliskan kembali dengan kalimatnya sendiri setelah mereka mempelajari topik tertentu, menuliskan cara kerja, menjelaskan kegunaan alat secara tertulis atau mengungkapkan gagasannya secara lisan.
Strategi pembelajaran dengan kecerdasan matematis-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung, membuat kategori atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah dan membuat analogi. Misalnya, dalam menulis karya ilmiah peserta didik diminta untuk mengelompokkan macam-macam artikel dalam klasifikasi yang menurut mereka memudahkan untuk dimengerti. Setelah mengetahui ciri-ciri artikel, mereka diminta untuk menulis sebuah artikel opini surat kabar. Di sini perlu diperhatikan jalan pikiran dan logika peserta didik dalam memecahkan persoalan.
Melalui kecerdasan ruang visual dapat diungkapkan melalui visualisasi bahan dengan membuat sket, gambar simbol grafik, mengadakan tour keluar kelas, mengadakan eksperimen di laboratorium. Dalam menulis karya ilmiah peserta didik dapat diminta untuk mengubah sebuah wacana verbal hasil tes kemampuan menulis narasi dalam bentuk non verbal (grafik). Disini perlu diperhatikan kecermatan peserta didik dalam menyajikan grafik sehingga gagasan atau informasi grafik tersebut menjadi mudah dipahami.
Kecerdasan kinestetik dapat diungkapkan dalam bentuk ekspresi gerak. Bentuk-bentuk seperti kegiatan praktikum, berdiskusi tentang bahan yang dipelajari sangat membantu mengungkapkan kecerdasan kinestetik. Misalnya, sebelum menulis, peserta didik bermain peran dengan naskah yang kan menjadi bahan tulisan karya ilmiah. Dengan demikaian, mereka banr-benar menjiwai dan mendalami peran masing-masing tokoh dalam naskah tersebut. Melalui pemahaman yang seperti itu diharapkan peserta didik dapat menulis esai dengan kualitas yang lebih baik.
Kecerdasan musikal dapat diungkapkan dengan memberikan kesempatan dan tugas peserta didik menyajiakn presentasi dengan ilustrasi musik, menulis tentang apa yang didengar atau mengungkapkan bahan dalam bentu suara. Pendidik sendiri dalam menyiapkan bahan dapat merencanakan penjelasan tentang sistematika skripsi dengan suatu lagu yang akan membuat peserta didik menangkap dan rileks. Misalnya lagu ‘baca bissmillah’.
Melalui kecerdasan interpersonal dapat diekspresikan dalam bentuk kegiatan sharing, diskusi kelompok, kerja sama membuat proyek atau praktikum bersama, permainan bersama. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa peserta dalam kelompok dapat aktif bekerja sama sehingga saling memberi masukan satu sama lain.
Kecerdasan intrapersonal dapat dikembangkan dengan memberikan waktu pada peserta didik untuk refleksi atau berpikir sejenak. Beberapa soal tes diberikan agar peserta didik secara mandiri dapat mengungkapkan gagasannya. Pendidik perlu menyajikan bahan pembelajaran dengan memasukan unsur perasaan, humor dan juga keseriusan. Dengan kata lain, sikap pribadi pendidik perlu juga ditunjukkan untuk membantu pendidik yang berkecerdasan intrapersonal.
Pembelajaran dengan memperhatikan kecerdasan lingkungan dapat ditunjukkan dengan mengaitkan topik dengan lingkungan peserta didik. Topik pembelajaran sesuai dengan kehidupan sehari-hari dalam hal ini peserta didik dapat diminta mencari topik yang terkait dengan lingkungannya.
Kecerdasan eksistensial dapat ditunjukan dengan pertanyaan apa makna topik itu bagi kehidupannya, bagi keberadaan dunia semesta ini. Apa yang terjadi seandainya kita tidak pernah menulis esai. Diharapkan hal ini dapat membuat peserta didik merasakan arti pengetahuan atau nasihat untuk bersyukur kepada sang khalik.
Optimalisasi pencapaian kemampuan menulis karya ilmiah berdasarkan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik melalui berpikir kritis-kreatif yang tercermin dalam isi artikel, kemampuan ini ditunjukan dalam hal: menyajikan masalah, menyajikan fakta dan gagasan, memiliki dan menunjukan sikap yang jelas terhadap masalah, menawarkan berbagai kemungkinan solusi atas masalah yang ada. Model KMP digunakkan menautkan ide yang didukung oleh kemampuan menggunakan sarana kohesi dan koherensi, menunjukan bagian pembuka, isi, penutup; penyajian urutan ide yang bernilai komunikatif, penyajian tulisan yang memiliki daya tarik.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis aspek penggunaan bahasa melalui model ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang mengandung kebenaran dari sudut morfologis, sintaksis, dan semantik; bahasa mengandung kebenaran dari sudut logika; memiliki tingkat keterpahaman yang tinggi; dan memiliki keindahan dan pesona, baik dari segi bunyi, makna, irama, maupun kreativitas berbahasa.
Kemampuan berpikir kritis-kreatif peserta didik yang tercermn dalam pembuatan judul model ini memiliki peranan bagi peserta didik dalam hal memadu kesuaian antara judul dengan isi dan nada artikel, menunjukan orisinalitas penciptanya, memiliki daya tarik sehingga menimbulkan rasa penasaran pembacanya, dan menarik dari segi bahasa (rima, irama, padat). Aspek mekanik yang tercermin dalam artikel dikembangkan dengan menunjukan keapikan dalam menerapkan kaidah ejaan, keapikan dalam menerapkan kaidah tanda baca, kecermatan dan keapikan dalam pengetikan, keapikan dalam menerapkan kaidah tatatulis ilmiah (huruf miring, tebal, tanda kutip, dan lain-lain).
Penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi adalah bagaimana membantu siswa mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara aktif. Sibermen (2004) menunjukkan beberapa alternatif pengelolaan kelas agar siswa aktif.
1. Pelajaran yang dipimpin oleh guru menstimulasi seluruh siswa.
2. Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
3. Peserta menunjukan pertanyaan dan meminta penjelasan
4. Tugas dikerjakan bersama dalam kelompok kecil
5. Pembelajaran juga dilakukan oleh teman sendiri (tutor sebaya).
6. Aktivitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.
7. Kegiatan pembelajaran membantu peserta didik memahami peraan, nilai-nilai dan sikap mereka.
8. Mempelajari dan mempraktikkan ketrampilan baik teknik maupun nonteknis.
Penerapan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk untuk mencapai kompetensi pembelajaran yaitu kemampuan menulis karya ilmiah menuntut penataan kelas yang variatif dan menarik. Sistem berpindah kelas merupakan salah satu contoh yang dilakukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan belajar kecerdasan tertentu. Penggunaan metode juga menuntut adanya variasi seperti: ceramah, tanya jawab, diskusi, observasi, wawancara, study tour, studi lapangan, eksperimen, dramatisasi, reflesi, penggunaan musik (Sutopo, 2005: 146-162). Penggunaan media yang bervariasi, misalnya carta, skema, diagram, sampai dengan alat peraga alam (Sadimat et al, 2003). Sistem penilaian tidak hanya cukup menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif, mulai dari uraian, pengamatan, tugas pribadi sampai dengan penggunaan potofolio.